BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara
etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start
sampai garis finish.
Dalam bahasa
Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti
jalanyang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan,
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam kamus Tarbiyah
adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum
1994 lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya yaitu
mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 yang berorientasi tujuan dan pendekatan
proses yang dimilikiKurikulum 1984. Beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional
hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan
lain-lain.
Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum sehingga Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super
padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum
1999. Tapi perubahannya lebih pada merevisi dan pengurangan beban sejumlah
materi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tujuan kurikulum SMU 1994?
2. Bagaimana ruang lingkup kurikulum SMU 1994?
3. Bagaiman isi kurikulum SMU 1994?
4. Bagaimana metode pembelajaran kurikulum SMU 1994?
5. Bagaimana posisi mata pelajaran sejarah dalam
kurikulum SMU 1994?
6. Bagaimana evaluasi kurikulum SMU 1994
7. Bagaimana kelemahan dan kelebihan dari kurikulum
SMU 1994?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan kurikulum SMU 1994
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kurikulum SMU 1994
3. Untuk mengetahui isi kurikulum SMU 1994
4. Untuk mengetahui metode pembelajaran kurikulum SMU
1994
5. Untuk mengetahui posisi mata pelajaran sejarah
dalam kurikulum SMU 1994
6. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum SMU 1994
7. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari
kurikulum SMU 1994
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Kurikulum SMU 1994
2.1.1 Tujuan Nasional
berdasaarkan
pada pasal 4 Undang-Undang Nomor: 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
2.1.2 Tujuan institusional
Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang Lebih tinggi’
2.1.3 tujuan kurikuler
Menanamkan pemahaman tentang adanya perkembangan
masyarakat masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air serta rasa bangga sebagai warga negara Indonesia, dan memperluas
wawasan hubungan masyarakat antar bangsa di dunia.
2.1.4 tujuan instruksional umum
Mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia
yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, jujur, cermat, efektif dan efisien. Salah satu
kegiatan yang memungkinkan agar tujuan tersebut bias tercapai adalh siswa
diharapkan mau mengikuti ajang kompetisi dalam bidang matematika, baik di dalam
kota maupun di luar kota, bahkan memungkinkan siswa diikutsertakan dalam ajang
kompetisi di luar negeri.
2.1.5
tujuan instruksional
khusus
1.
Pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
2.
Menjadikan peserta didik
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar
3.
Meningkatkan mutu pendidikan
melalui siswa mampu menguasai materi yang diberikan
4.
Menyiapkan siswa melanjutkan ke
jenjang pendidikan tinggi
5.
Untuk membekali siswa untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
6.
Upaya perampingan materi
kurikulum
.
2.1.6
Tujuan Pembelajaran
Meningkatkan kemamapuan siswa sebagai anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitarnya.
1.
Siswa sebagai objek yang menjadi sasaran dari pelaksanaan kurikulum yang dilakukan
oleh guru
2.
Guru sebagai seorang pendidik yang melaksanakan
apa yang tertulis dan termuat dalam kurikulum
3.
Sekolah sebagai penyedia sarana dan prasara pembelajaran
2.3 Isi dan Struktur Kurikulum SMU
1994
2.3.1 Isi Kurikulum SMU 1994
1. Isi Program
Isi kurikulum 1994 SMU memuat mata pelajaran sebagai
berikut, Pendidikan Agama, Pancasila dan
Kewarganegaran, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Nasional dan Dunia, Bahasa
Inggris, Olahraga dan Pendidikan Kesehatan, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia,
Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Pendidikan Seni, Bahasa Asing, Seni Budaya,
Sistem Pemerintahan, dan Antropologi.
2. Lama Pendidikan
Pendidikan Dasar merupakan pendidikan sembilan tahun yang terdiri atas
program pendidikan enam tahun yang diselenggrakan di SD dan program pendidikan
tiga tahun yang diselenggarakan di SLTP. Dan tiga tahun
di SMU.
3. Susunan Program
Susunan progam dibagi menjadi dua yaitu Progam Kurikuler dan Progam
Ekstakurikuler, secara jelasnya dibawah ini:
a. Program Kurikuler
Program kurikuler memuat jenis-jenis mata
pelajaran dan disajikan dalam susunan prgram pengajaran kurikulum.
b. Program Ekstrakurikuler
Kegiatan yang diselenggarakan di luar jam
pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan
perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler serta berupa kegiatan yang
lebih memantapkan pembentukan kepribadian seperti pramuka, usaha kesehatan
sekolah, olahraga, palang merah, dan kesenian.
2.3.2 Struktur Kurikulum 1994 SMU
Kurikulum 1994 bersifat
populis yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar. Sistem penjurusan
Bahasa, IPA, dan IPS yang dahulu pernah ditinggalkan karena alasan
adanya kandungan konotasi diskriminatif dengan mendudukkan siswa IPA lebih
elite dan lebih superior daripada siswa IPS dan Bahasa ternyata kini dipakai
lagi. Realitanya dalam Kurikulum 1994 SMU maka siswa kelas tiga
"dijuruskan" ke program pilihan; masing-masing ialah Program Bahasa,
IPA dan IPS.
Penjurusan dilaksanakan di kelas XII diambil dengan
beberapa pertimbangan berikut:
1. secara
empirik perguruan tinggi memilih calon mahasiwa yang memiliki penguasaan materi
mata pelajaran SMU sebagai learning-tools secara memadai yang dapat ditranfer
untuk menempuh pendidikan di pendidikan tinggi
2. yang
termasuk learning-tools adalah mata-mata pelajaran Sains, Matematika, dan
Bahasa serta mata pelajaran lain yang menanamkan cara berfikir saintifik
3. guna
memperkuat bekal untuk memasuki perguruan tinggi, maka bilamana siswa SMU hanya
diberi kesempatan satu tahun untuk mengikuti mata-mata pelajaran sebagaimana
butir (2), tidaklah mencukupi, sehingga sebagian besar kesempatan atau peluang
memasuki perguruan tinggiakan direbut oleh para siswa dari jurusan IPA atau
jurusan Matematika
4. oleh
karena itu perlu diberikan kesempatan yang memadai bagi semua siswa SMU untuk
memperoleh bekal sebagaimana butir (2) dalam kurun waktu dua tahun, yaitu
dikelas X dan XI SMU. Dengan demikian maka penjurusan SMU diadakan dikelas XII.
Jurusan dalam kurikulum 1994 disebut Progam.
Beberapa
pertimbangan yang digunakan dalam penentuan program atau jurusan di SMU, antara
lain adalah;
1. Kebutuhan perguruan tinggi
dalam menyeleksi calon mahasiswa terutama periode seleksi mahasiswa sampai dengan tahun
1990-an;
2. Nampaknya seleksi masuk
perguruan tinggi dalam masa tersebut butir 1 berfokus pada 3 (tiga) kelompok
penguasan materi, yaitu; (a) penguasaan materi terkait dengan bahasa dan
sastra; (b) penguasaan terkait dengan sains dan matematika; dan (c) penguasaan
materi terkait dengan ilmu-ilmu sosial. Dengan catatan, setiap siswa SMU sudah
memperoleh bekal sains dan matematika secara memadai di kelas X dan kelas XI SMU.
Struktur Program Sekolah Menengah Umum Kelas X dan XI
No
|
Mata Pelajaran
|
Jumlah Jam
Pelajaran
|
||
Kelas
|
||||
I
|
II
|
|||
|
Pancasila dan
Kewarganegaraan
|
2
|
2
|
|
Pendidikan Agama
|
2
|
2
|
||
Bahasa dan
sastra Indonesia
|
5
|
5
|
||
Sejarah nasional
dan dunia
|
2
|
2
|
||
Bahasa inggris
|
4
|
4
|
||
Olah raga dan
pendidikan kesehatan
|
2
|
2
|
||
Matematika
|
6
|
8
|
||
|
IPA
Fisika
Biologi
Kimia
|
5
4
3
|
5
4
3
|
|
|
||||
|
Ilmu ilmu social
Ekonomi
Sosiologi
Geografi
|
3
-
2
|
3
2
-
|
|
|
||||
Pendidikan seni
|
2
|
-
|
||
|
Total
|
42
|
42
|
Sebagaimana nampak dalam tabel di atas, untuk
membekali peserta didik dengan learning
tools yang dipersyaratkan untuk memasuki perguruan tinggi, mata pelajaran
Bahasa Inggris diberikan 5 jam pelajaran per-minggu di kelas X dan 5 jam pelajaran di
kelas XI.
Mata pelajaran Bahasa Inggris juga diberikan masing-masing 4 jam pelajaran
per-minggu di kelas X dan kelas XI. Mata pelajaran Matematika diberikan 6 jam pelajaran per-minggu di
kelas X dan XI. Demikian pula, mata
pelajaran dalam kelompok IPA, yaitu Fisika diberika 5 jam pelajaran per-minggu
selama di kelas X dan XI; mata pelajaran Biologi diberikan 4 jam pelajaran per-minggu di
kelas X dan XI; dan mata pelajaran
kimia diberikan 3 jam pelajaran per-minggu di kelas X dan XI. Satu jam pelajaran =
45 menit.
Struktur
Program Sekolah Menengah Umum (SMU) Kelas XII
a. Program Bahasa
No
|
Mata Pelajaran
|
Jumlah Jam Pelajaran
|
Kelas
|
||
III
|
||
1
|
Pancasila dan Kewarganegaraan (umum)
|
2
|
2
|
Pendidikan Agama (umum)
|
2
|
3
|
Bahasa dan Sastra Indonesia (umum)
|
3
|
4
|
Sejarah nasional dan dunia (umum)
|
2
|
5
|
Bahasa inggris
(umum)
|
5
|
6
|
Olah raga dan kesehatan (umum)
|
2*)
|
1
|
Bahasa dan sastra Indonesia (khusus)
|
8
|
2
|
Bahasa inggris (khsusus)
|
6
|
3
|
Bahasa asing lain (khusus)
|
9**)
|
4
|
Seni budaya (khusus)
|
5
|
|
Total
|
42
|
*) Mata pelajaran Olah raga dan Pendidikan
Kesehatan sebagai kegiatan ekstra kurikuler dan disesuaikan dengan kondisi
sekolah.
**) Sekolah menentukan jenis bahasa asing lain yang
diajarkan di sekolah yang bersangkutan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.
Siswa memilih mata pelajaran bahasa asing lain yang ditawarkan sekolah. Program
Bahasa mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan
tinggi yang berkaitan dengan bahasa dan budaya, baik dalam bidang pendidikan
akademik maupun pendidikan professional. Program ini juga memberikan bekal
kemampuan kepada siswa secara langsung atau tidak langsung untuk bekerja di
masyarakat.
b. Program IPA
No
|
Mata Pelajaran
|
Jumlah jam pelajaran
|
Kelas
|
||
III
|
||
1
|
Umum
Pancasila dan kewarganeegaraan
|
2
|
Pendidikan
agama
|
2
|
|
Bahasa dan sastra Indonesia
|
3
|
|
Sejarah nasional dan dunia
|
2
|
|
Bahasa ingris
|
5
|
|
Olah raga dan pendidikan kesehatan
|
2*)
|
|
Khusus
Fisika
|
7
|
|
|
Bioligi
|
7
|
Matematika
|
8
|
|
Total
|
42
|
*) Mata pelajaran Olah raga dan Pendidikan
Kesehatan sebagai kegiatan ekstra kurikuler dan disesuaikan dengan kondisi
sekolah.
Program
Ilmu Penegathuan Alam (IPA) mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan tinggi yang berkaitan dengan matematika dan ilmu pengetahuan
alam baik dalam bidang akademik maupuan pendidikan professional. Program ini
juga memberikan bekal kemampuan kepada siswa secara langsung maupun tidak
langsung untuk bekerja di masyarakat.
c. Program
Ilmu-Ilmu Sosial
No
|
Mata Pelajaran
|
Jumlah Jam Pelajarran
|
Kelas
|
||
III
|
||
1
|
Umum
Pancasila dan Kewarganegaraan
|
2
|
Pendidikan Agama
|
3
|
|
Bahasa dan sastra Indonesia
|
2
|
|
Sejarah nasional dan dunia
|
5
|
|
Bahasa inggris
|
2
|
|
Olah raga dan pendidikan kesehatan
|
2*)
|
|
2
|
Khusus
Ekonomi
|
10
|
Sosiologi
|
6
|
|
System Pemerintahan
|
6
|
|
Antropologi
|
6
|
|
|
Total
|
42
|
*) Mata
pelajaran Olah raga dan Pendidikan Kesehatan sebagai kegiatan ekstra kurikuler dan disesuaikan dengan
kondisi sekolah. Program ini mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang pendidikan tinggi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan social,
baik dalam bidang pendidikan akademik maupun professional. Program ini juga
memberikan bekal kemampuan kepada siswa secara langsung atau tidak langsung untuk
bekerja di masyarakat.
2.4 Metode Pembelajaran pada
Kurikulum 1994 SMU
1.
Field Trip ialah cara mengajar
yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di
luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik
sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, peternakan, perkebunan, lapangan
bermain dan sebagainya (Roestiyah, 2001:85). Winarno (1980: 115-116) mengatakan
bahwa metode karyawisata atau field trip adalah metode belajar dan mengajar di
mana siswa dengan bimbingan guru diajak untuk mengunjungi tempat tertentu
dengan maksud untuk belajar.
2.
Sosio drama adalah suatu cara
mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan
social
3.
Menonton film, film sebagai alat audio visual untuk pelajaran,
penerangan, atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film,
antara lain tentang proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi
dalam suatu industri, kejadian-kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di
negara asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan suatu
ketrampilan, sejarah kehidupan orang-orang besar dan sebagainya.
4.
Diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain : 2006).
5.
Observasi ialah pengamatan
langsung menggunakan alat indera atau alat bantu untuk penginderaan suatu
subjek atau objek. Observasi juga merupakan basis sains yang dilakukan dengan
menggunakan panca indera atau instrument sebagai alat bantu penginderaan (
Purnomo, 2008).
6.
Ceramah Menurut Nana
Sudjana ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
tidak akan baik apabila penggunaannya dipersiapkan dengan baik, didukung dengan
alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya. ( Nana Sudjana
2000:77).
7.
Resitasi(penugasan) suatu cara dari guru dalam proses belajar
mengajar untuk mengaktifkan siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah
dan untuk dipertanggung jawabkan kepada guru.
8.
Wawancara dimana guru mengajukan
beberapa pertanyaan secara lisan kepada seluruh murid di kelas. Ada dua macam
langkah yang dapat diterapkan oleh guru dalam melaksanakan metode interview,
yakni yang pertama langkah yang bersifat individual dan kedua
langkah yang bersifat kelompok.
9.
Games adalah metode
belajar dengan melakukan kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan instruksional matematika yang menyangkut aspek kognitif,
psikomotorik, atau efektif
2.5 Posisi Mata Pelajaran Sejarah
Mata pelajaran
IPS untuk SMU menggunakan pendekatan
terpisah-pisah atas mata pelajaran sejarah nasional dan umum untuk kelas I dan
II,ekonomi dan geografi untuk kelas I dan II, sosiologi kelas II,sejarah budaya
untuk kelas III program bahasa,ekonomi,sosiologi,tata niaga dan antropologi
untuk program IPS.
Dalam kurikulum SMU 1994 terdapat program pengajaran umum dan program pengajaran khusus. Pengajaran umum untuk kelas I
dan II,dan pelajaran khusus untuk kelas III. Kedudukan IPS dalam kurikulum ini
memiliki 2 pengertian yaitu sebagai bagian dari program khusus dan sebagai
bahan kajian pada program pengajaran umum. IPS sebagai program khusus diarahkan
untuk mempersiapkan siswa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Ruang lingkup kajian IPS meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak, ekonomi setempat, wilayah propinsi, wilayah kepulauan, dan pengenalan kawasan dunia. Ruang lingkup
pengajaran sejarah meliputi: sejarah local ,kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan sejarah, Indonesia pada zaman penjajahan dan beberapa
peristiwa penting masa kemerdekaan. Untuk mata pelajaran sejarah di kelas 1
dan 2 SMA masing-masing memiliki intensitas
pertemuan 2 jam perminggu. Sedangkan penjurusan di kelas tiga untuk semua
program jurusan baik bahasa, IPA, maupun IPS, Sejarah merupakan mata pelajaran
kategori mapel umum yang intensitas pertemuannya 2 jam per minggu.
2.6 EVALUASI
2.6.1 Evaluasi kurikulum
Selama
dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai
akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented), di antaranya sebagai berikut :
1.
Beban belajar siswa terlalu
berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
2.
Materi pelajaran dianggap
terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangaberpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
3.
Proses pembelajaran bersifat
klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran
pada penyampaian materi.
4. Evaluasi atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif.
Keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang dapat
diperbandingkan dengan nilai siswa lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper dan pencil tes.
Setelah kurikulum 1994 berjalan selama 5 tahun, direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal 14 Juli 1999 menerbitkan
Penyempurnaan Penyesuaian Kurikulum 1994 atau Suplemen GBPP. Hal ini dilakukan
karena adanya tanggapan, kritik, dan saran dari praktisi, pakar, ahli, serta
masyarakat terhadap kurikulum 1994. Tanggapan dan kritik tersebut pada umumnya
berkenaan dengan padatnya isi kurikulum. Kepadatan isi kurikulum 1994 dapat
dilihat pada banyaknya mata pelajaran dan juga substansi dari setiap mata
pelajaran. Penyempurnaan yang lain adalah dalam hal materi yang kurang sesuai,
baik dengan tahap perkembangan anak maupun dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan perkembangan iptek. Kurikulum yang berlaku diaggap kurang
mengakomodasi keragaman potensi peserta didik, aspirasi dan peran serta
masyarakat.
Dengan pertimbangan hal tersebut telah dilakukan evaluasi, pengkajian
dokumen dan pelaksanaan kurikulum sebagai bagian dari proses pengembangan
kurikulum dan kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian kurikulum sebagai upaya
untuk menanggapi tuntutan pembangunan nasional dan perkembangan iptek serta
kritik dan saran dari para praktisi, pakar, ahli, dan masyarakat. Penyempurnaan
atau penyesuaian kurikulum 1994 meliputi semua mata pelajaran, namun alokasi
waktu untuk setiap mata pelajaran dalam satu minggu tidak mengalami perubahan.
Adapun bentuk penyesuaiannya antara lain meliputi:
a.
Penghapusan subpokok bahasan
b.
Penyederhanaan subpokok bahasan
c.
Penggabungan dan pemindahan pokok bahasan
d.
Menunda pembahasan materi tertentu pada kelas yang lebih tinggi
e.
Menjadikan materi wajib menjadi pengayaan dan sebaliknya
f.
Menata urutan dan distribusi pokok bahasan
g.
Penyempurnaan kalimat dalam GBPP yang dianggap kurang jelas.
2.6.1 Evaluasi pembelajaran
Penilaian dilakukan dalam ulangan harian, ulangan catur wulan, serta EBTA dan EBTANAS. Ulangan harian dan catur wulan dilakukan oleh guru dan
dijadikan sebagai dasar untuk pemberian nilai dalam rapor dan kenaikan kelas,
sedangkan EBTA dilakukan oleh sekolah untuk mata pelajaran yang tidak
di-EBTANAS-kan. EBTANAS dikoordinasikan secara nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu dasar dalam menentukan kelulusan
siswa. Bentuk soal yang digunakan adalah soal uraian dan pilihan ganda. Bentuk
soal uraian biasa digunakan dalam ulangan harian, maksudnya agar siswa
memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya secara tertulis. Adapun
bentuk soal pilihan ganda terutama digunakan dalam EBTANAS. Maksudnya adalah
demi obyektivitas dalam memberikan penilaian. Dalam EBTANAS juga masih ada soal
uraian, tetapi uraian terbatas
Hasil akhir nilai sejarah ditentukan oleh komponen :
Nilai Rapor (NR)= 3X+3Y+4Z
10
1. Portofolio, latihan, tugas, PR, presentasi dan kehadiran 30% (X)
2. Ulangan, ujian mid semester & pengamatan 30% (Y)
3. THB(Uji Kompetensi dan tertulis) 40% (Z)
2.7
Kelemahan dan Kelabihan Kurikulum SMU 1994
2.7.1 Kelemahan Kurikulum 1994
·
Beban
belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi setiap mata pelajaran.
·
Materi
pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
2.7.2
Kelebihan Kurikulum 1994
·
Siswa lebih banyak memperoleh
informasi, karena materi yang di berikan lebih banyak
·
Siswa memperoleh ketrampilan di
bidang nonakademis melalui pendidikan muatan local.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kurikulum
1994 lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya yaitu mengkombinasikan
antara Kurikulum 1975 yang berorientasi tujuan dan pendekatan proses yang
dimilikiKurikulum 1984. Beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu
masuk dalam kurikulum sehingga Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super
padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum
1999. Tapi perubahannya lebih pada merevisi dan pengurangan beban sejumlah
materi.
DAFTAR PUSTAKA
PERBANDINGAN KURIKULUM 1975,1984,1994, 2004 dan 2006 _
Dedhy_dJaRa.html
kurikulum 1994 _ fijrakembar.htm
Kurikulum 1994 _ Ria Ade Aprillia.htm
Tim Penyusun. 2009. Perkembangan Kurikulum SMP: Struktur
Program, Proses Pembelajaran, dan Sistem Penilaian Sejak Zaman Penjajahan
Sampai dengan Era Reformasi. Jakarta: Depdiknas
(diposkan oleh Rima Triani)
ournal.amikom.ac.id/index.php/Koma/article/view/3769/pdf_1342
http://www.pustakaskripsi.com/perbandingan-kualitas-pelaksanaan-kurikulum-berbasis-kompetensi-kbk-dengan-kurikulum-1994-pada-mata-pelajaran-sejarah-sekolah-menengah-atas-sma-2781.html
0 komentar:
Posting Komentar