BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Saat ini kita seringkali mendengar kata inflasi.
Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui apa inflasi itu. Kebanyakan
dari kita tidak mengetahuinya.Padahal sangat penting bagi kita untuk mengetahui
inflasi.Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa dilepaskan dari masalah
perekonomian.
Dengan mengetahui secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja
kita berharap dapat mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa
memungkiri akan besarnya kemungkinan dinegara kita akan menghadapi masalah
inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita membanntu permasalahan
ekonomi yang ada di negara kita khususnya masalah inflasi.
Politik luar
negeri
Republik Indonesia
sejak
zaman
kemerdekaan
penuh
dengan
pertentangan, sebagai
negara yang pernah
dijajah
perkembangan
politik
luar
negeri yang dijalankan
dan
hubungan
dengan
negara-negara lain pun
mengalami pasang surut.Indonesia
terletak di daerah yang strategis baik
secara
ekonomi
maupun
politik, Indonesia
terletak
diantara
dua
benua
yaitu
benua Asia dan
benua Australia, serta
dua
samudra
yaitu
samudra
Pasifik
dan
samudra
Hindia.
Dengan letak yang strategis
tersebut Indonesia
menjadi
salah
satu
negara yang menjadi
perebutan
antara
kedua
blok yang sedang
terlibat
perang
dingin
yaitu
Amerika
Serikat
sebagai
blok
barat
dan
Uni Soviet sebagai
blok
timur yang
mempunyai
perbedaan
ideologi
untuk
memihak
dan
mendukung
baik dalam
segi
moril
mau
pun
materil
terhadap
salah
satu
blok yang sedang
berperangtersebut. Pelaksanaan
kebijaksanaan luar negeri oleh Ir. Soekarno merupakan suatu upaya untuk mengubah
peranan internasional yang terbatas dan juga untuk mendapatkan kedudukan yang
terkemuka dan kepemimpinan diantara negara-negara dunia pada umumnya dan negara-negara
Asia Tenggara pada khususnya. Sistem politik
pada
masa
Demokrasi
Terpimpin 1959-1965,
dimana
pada
masa
tersebut
merupakan
periode
membangun
negara (nation
building).Terkait dengan pembangunan
terlihat
jelas
dalam era tersebut
Presiden
Soekarno
menerapkan
politik
Mercusuarnya
yakni
politik yang bertujuan
memperkokoh
kursi
pemerintahannya
sebagai
presiden
seumur
hidup.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian inflasi?
2. Bagaimana kondisi perekonomian Indonesia?
3. Apa pengertian poliik mercusuar?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian inflasi
2.
Untuk
mengetahui kondisi perekonomian di Indonesia
3.
Untuk
mengetahui politik mercusuar
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) dalam jangka waktu yang
lama. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi.
Inflasi dianggap terjadi jika proses kanaikan harga belangsung secara
terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga.
Dalam membicarakan mengenai masalah inflasi,
perlu kita membedakan diantara inflasi merayap (creeping inflation), inflasi
sederhana (moderate inflation) dan inflasi hiper (hyper inflation). Tidak
terdapat suatu ukuran tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan ketiga
jenis inflasi tersebut, tetapi secara kasar dapatlah dikatakan bahwa inflasi
merayap adalah inflasi yang tingkatnya tidak melebihi 2-3% setahun, inflasi
sederhana adalah inflasi yang berada disekitar 5-8 % dan inflasi hiper adalah
inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi
dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
2.2 Keadaan perekonomian Indonesia pada era orde lama
Sebagai tokoh pejuang kemerdekaan, Proklamator sekaligus Presiden pertama
indonesia, perekonomian indonesia tidak dapat lepas dari sosok Ir. Soekarno.
Sebagai orang yang pertama memimpin Indonesia boleh dibilang Soekarno adalah
peletak dasar perekonomian indonesia. Beberapa kebijakan yang diambil dibawah
pemerintahan Soekarno diantaranya :
Nasionalisasi Bank Java menjadi Bank Indonesia.
a.
Mengamankan usaha-usaha yang menyangkut harkat
hidup orang banyak
b.
Berusaha memutuskan kontrol Belanda dalam bidang
perdagangan ekspor-impor
c.
Serta beberapa kebijakan lainya yang ditujukan
untuk memajukan perekonomian Indonesia.
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia memasuki era
yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik
dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang
diperhatikan.
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat
itu merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing,
dimana produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan
keamanan yang kurang stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan. Pada periode tahun 1950-an
Indonesia menerapkan model guidance development dalam pengelolaan ekonomi,
dengan pola dasar Growth with Distribution of Wealth di mana peran pemerintah pusat sangat dominan dalam mengatur pertumbuhan
ekonomi (pembangunan semesta berencana).
Model ini tidak berhasil, karena begitu kompleknya permasalahan ekonomi,
sosial, politik dan keamanan yang dihadapi pemerintah dan ingin diselesaikan
secara bersama-sama dan simultan. Puncak
kegagalan pembangunan ekonomi orde lama adalah terjadi hiper inflasi yang
mencapai lebih 500% pada akhir tahun 1965. Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi
sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi.
Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa
kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut,
ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada
ekonomi negara.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu
tersebut, Indonesia bergantian menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando. Hampir seluruh program
ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di tengah jalan. Penyebabnya adalah :
1. Situasi politik yang diwarnai manuver dan sabotase, terutama dari
kelompok-kelompok kanan (masyumi, PSI, dan tentara-AD) yang tidak menghendaki kemandirian
ekonomi nasional.
2. Pertarungan kekuasaan antar elit politik di tingkat nasional –yang berakibat jatuh-bangunnya cabinet – tidak memberikan kesempatan kepada Soekarno dan kabinetnya untuk teguh menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
2. Pertarungan kekuasaan antar elit politik di tingkat nasional –yang berakibat jatuh-bangunnya cabinet – tidak memberikan kesempatan kepada Soekarno dan kabinetnya untuk teguh menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
3. Yang paling pokok: borjuasi dalam negeri (pribumi) yang diharapkan
menjadi kekuatan pokok dalam mendorong industrialisasi dan kegiatan
perekonomian justru tidak memiliki basis borjuis yang tangguh.
Kendati berkali-kali mengalami kegagalan, Soekarno kemudian menekankan
bahwa haluan ekonomi baru ini hanya akan berhasil dengan dukungan masyarakyat.
Dalam usaha memasifkan dukungan rakyat, Soekarno berpropaganda tentang
Trisakti:
● Berdikari di bidang ekonomi;
● Berdaulat di bidang politik; dan
● Berkepribadian dalam budaya
● Berdikari di bidang ekonomi;
● Berdaulat di bidang politik; dan
● Berkepribadian dalam budaya
2.2.1 Perekonomian Pada Masa Orde Lama
1945-1966
Pada awal
kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan struktur ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional, yang bertujuan untuk memajukan industri
kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang pada akhirnya diharapkan
mengurangi tingkat ketergantungan terhadap luar negeri.
Sistem moneter tentang perbankan khususnya bank
sentral masih berjalan seperti wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hak
ekslusif untuk mencetak uang dan memegang tanggung jawab perbankan untuk
memelihara stabilitas nasional. Bank Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan
dari pengambilan keputusan politik.
Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke
proyek-proyek besar. Hal ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana
Pembangunan Semesta Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana
pendirian proyek-proyek besar dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek
besar tersebut.
Rencana ini mencakup sektor-sektor penting dan
menggunakan perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena beberapa
sebab seperti adanya kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta kurangnya
tenaga ahli. Perekonomian
Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk.
Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan
ditujukan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melainkan berupa
pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras, proyek
mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman dekat
dari rezim yang berkuasa.
Perekonomian juga diperparah dengan terjadinya
hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam
pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis.
2.2.2 Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan
amat buruk, antara lain disebabkan oleh:
1. Inflasi yang sangat
tinggi, disebabkan karena
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu,
untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di
wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946,
Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan
berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober
1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan
November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
a. Program Pinjaman
Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan
BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
b. Upaya menembus
blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan
swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke
Singapura dan Malaysia.
c. Konferensi Ekonomi
Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam
menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi
dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi
perkebunan-perkebunan.
d. Pembentukan
Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
e. Rekonstruksi dan
Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 untuk mengalihkan tenaga bekas
angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
f. Kasimo Plan yang
intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan
yang praktis.
Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan
membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
2.2.3 Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut
masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan
prinsip-prinsip liberal.
Perekonomian
diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez
faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa
bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina.
Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia yang baru merdeka
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain :
a.
Gunting
Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
b.
Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya
menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa
bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu
dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan
kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi
dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan
pengusaha non-pribumi.
c.
Sistem
ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi
usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
d.
Pembatalan
sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, akan tetapi
pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan
tersebut.
2.2.4 Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari
dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segala-galanya diatur oleh pemerintah).
Dengan sistem ini,
diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial,
politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme).
Akan tetapi,
kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di
masa itu:
a. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959
menurunkan nilai uang sebagai berikut: Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp
50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang
melebihi 25.000 dibekukan.
b. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai
tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya
justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada
1961-1962 harga barang-barang naik 400%.
c. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan
uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai
1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya
dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan
angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
d. Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter
itu diperparah karena pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya.
e. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang
dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat politik konfrontasi dengan
Malaysia dan negara-negara Barat.
Sekali lagi, ini
juga salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin
yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik,
ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
2.3 Pengertian Politik Mercusuar
Adalah politik untuk
mencari kemegahan / keindahan dalam pergaulan antar bangsa di dunia. Padahal ,
dalam kenyataannya negara yang menggunakan politik ini sama sekali tidak seperti
apa yang sebenarnya ,dengan kata lain politik ini hanya untuk mengelabuhi atau
hanya sekedar untuk menigkatkan citra negara tersebut terhadap negara lain. Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau menganggap bahwa
Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi Nefo di seluruh
dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek besar dan
spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada kedudukan yang
ter-kemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan biaya yang
sangat besar mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya GANEFO (Games
of the New Emerging Forces) yang membutuhkan pembangunan kompleks Olahraga
Senayan (Gelora Bung Karno), serta biaya perjalanan bagi delegasi asing.
Kemudian pada tanggal 7 Januari
1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab Malaysia diangkat menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Tampak bahwa politik luar negeri bebas-aktif Indonesia pada masa Soekarno
condong ke blok Sosialis dan lebih pada isu-isu high politic dan perjuangan bangsa Indonesia dalam membangun image sebagai negara besar dan
berpengaruh di level baik
regional maupun internasional untuk setara dengan negara-negara lain. Hal ini
tak lepas dari kondisi bangsa Indonesia yang saat itu baru merdeka dan sedang
membangun nation- dan state-building-nya. Kesatuan politik
lebih penting bagi Soekarno pada waktu itu daripada membangun basis ekonomi
rakyat. Tak heran, semua itu telah tercermin dalam aksi dan reaksi serta
interaksi politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno.
Namun, kebijakan-kebijakan
politik luar negeri Indonesia yang semakin menyimpang pun semakin berdampak
pada kondisi di dalam negeri. Salah satu dampak dalam hal ekonomi adalah
kenaikan laju inflasi yang disebabkan oleh penghasilan negara berupa devisa dan
penghasilan lainnya mengalami kemerosotan, nilai mata uang rupiah mengalami
kemerosotan, anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar, pinjaman
luar negeri tidak mampu mengatasi masalah yang ada, upaya likuidasi semua
sektor pemerintah maupun swasta guna penghematan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan anggaran belanja tidak berhasil, penertiban adminis-trasi dan
manajemen perusahaan guna mencapai keseimbangan keuangan tak memberikan banyak
pengaruh, dan penyaluran kredit baru pada usaha-usaha yang dianggap penting
bagi kesejahteraan rakyat dan pembangunan mengalami kegagalan. Dari sisi
politik, inflasi pun terjadi karena pemerintah tidak mempunyai kemauan politik
untuk menahan diri dalam melakukan pengeluaran, serta karena pemerintah
menyelenggarakan proyek-proyek mercusuar seperti GANEFO (Games of the New
Emerging Forces) dan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces)
yang memaksa pemerintah untuk memperbesar pengeluarannya pada setiap tahunnya.
Hal ini berdampak bagi kehidupan di dalam negeri. Inflasi semakin
bertambah tinggi, harga-harga semakin bertambah tinggi, kehidupan masyarakat
semakin terjepit, Indonesia pada tahun 1961 secara terus menerus harus
membiayai kekeurangan neraca pembayaran dari cadangan emas dan devisa, ekspor
semakin buruk dan pembatasan impor karena lemahnya devisa, dan pada tahun 1965,
cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjuk-kan saldo negatif sebesar
US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara
barat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-
menerus (continue) dalam jangka waktu yang lama. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi
jika proses kanaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling
mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
2.
Politik mercusuar Adalah politik
untuk mencari kemegahan / keindahan dalam pergaulan antar bangsa di dunia.
Padahal , dalam kenyataannya negara yang menggunakan politik ini sama sekali
tidak seperti apa yang sebenarnya ,dengan kata lain politik ini hanya untuk
mengelabuhi atau hanya sekedar untuk menigkatkan citra negara tersebut terhadap
negara lain. Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden
sebab beliau menganggap bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang dapat
menerangi jalan bagi Nefo di seluruh dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Politik populis Bung Karno tidak ditunjang kekuatan ekonomi
BalasHapus