Senin, 11 April 2016

pengertian local genius dan relevansinya dalam moderenisasi


PENGERTIAN LOCAL GENIUS DAN RELEVANSINYA DALAM MODERNISASI




MAKALAH

(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan)



Oleh
Faizha Mardhaliza Kinanti              150210302002
Nisrina Nur Athayya                        150210302054
Hestik Wulandari                              150210302058
Bidayatul Hidayah                            150210302062
Azizah                                                            150210302067
Khusnul Khotimah                           150210302078
Faris Afifah                                       150210302080
Dimas Surya Dwi Cahyo                  150210302093

                                                                               

Kelas B







PROGRAM STUDI PENDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016



PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikanmakalah Sejarah Kebudayaan yang berjudul “Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam Modernisasi ”  tepat pada waktu yang ditentukan.
Kami selaku penyusun makalah, menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Sumarno M. Pd., selaku dosen pengampu  Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi kami selaku penyusun maupun bagi para pembaca, khususnya warga masayarakat FKIP/Pendidikan Sejarah dan semua warga Universitas Jember.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi sistematika penyusunan maupun isi. Oleh karena itu, kami memberi kesempatan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sebagai perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah yang akan datang.




Jember, 02 April 2016


Penyusun        


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................         i
PRAKATA ..........................................................................................         ii
DAFTAR ISI .......................................................................................         iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................        4
            1.1 Latar Belakang ...................................................................          4
            1.2 Rumusan Masalah..............................................................           5
            1.3 Tujuan Penulisan.............................................................  ...         5
            1.4 Manfaat...............................................................................          5
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................         6
            2.1 Pengertian Local Genius ...................................................           6
            2.2 Hakikat Local Genius...................................................... ..          7
            2.3 Pengertian Local Wisdom.................................................            8
            2.4 Relevansi Local Genius dalam Modernisasi.......................          10
BAB 3. PENUTUP .............................................................................         14
              3.1 Kesimpulan.................................................................... ...         14
              3.2 Saran................................................................................           14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................         15


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Untuk menyaring local genius yang dibutuhkan dalam rangka mendukung proses modernisasi secara wajar, perlu diketahui masalah dan tantangan yang sedang dihadapi. Seperti peristiwa para saudagar India yang berdatangan ke Indonesia untuk mengadakan perdagangan. Pada zaman itu saudagar memperdagangkan barang-barang kerajinannya, tidak secara langsung mereka membawa perubahan dalam sistem kehidupan masyarakat setempat. Artinya struktur kehidupan masyarakat Indonesia tidak berubah, karena industri kerajinan itu. Hal itu berarti masyarakat Indonesia mampu mempertahankan local genius yang berlaku dan mengintegrasikan nilai-nilai baru ke dalam struktur kehidupan yang ada.
Berlainan halnya dengan perdagangan dengan pihak Barat. Pihak Barat dalam berdagang menggunakan sistem kapitalisme yang ditandai oleh beberapa ceritera, yaitu produksi. Misalnya berdasarkan pasaran kerja yang bebas, sistem keuangan yang memungkinkan arus perdagangan pasar dan persaingan bebas. Perdagangan semacam itu antara Barat dengan Negara-negara di Asia lambat laun dan secara langsung akan mempengaruhi struktur kehidupan masyarakat, sehingga akulturasi tidak senantiasa menumbuhkan local genius yang berlaku dalam tradisi atau bahkan mungkin akan menggeser nilai-nilai dasar itu sendiri. Proses akulturasi demikian akan jauh lebih sulit dan berat, seperti yang dialami oleh masyarakat-masyarakat Asia, termasuk Indonesia.
Jika dilihat dari sistem perdaganagan yang diadakan antara Indonesia sebagai negara berkembang dengan negara-negara maju dari Barat, maka masalahnya menjadi lebih rumit. Hal ini disebabkan salah satunya karena kualitas dari barang dagangannya yang lebih tinggi. Selain itu menunjukkan dasar pengetahuan teknologi dengan kecanggihan tinggi sebagai latar belakangnya. Tentu saja banga Indonesia ingin menguasai teknologi yang berkembang di Negara Barat tersebut, sehingga dapat memproduksi sendiri kebutuhan masyarakat dengan kualitas yang tinggi pula.
Dengan demikian masyarakat menjadi tidak konsumtif terhadap barang impor dan bergantung dengan negara-negara Barat.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1)      Apa pengertian Local Genius?
2)      Bagaimana hakikat dari Local Genius?
3)      Bagaimana Pengertian Local Wisdom?
4)      Bagaimana Relevansi Local Genius dalam Modernisasi?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Local Genius.
2.      Untuk mengetahui dan memahami hakikat dari Local Genius. 
3.      Untuk mengetahui dan memahami Local Genius sebagai Local Wisdom.
4.      Untuk mengetahui dan memahami Local Genius dalam Relevansinya dengan Modernisasi.
1.4  Manfaaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca seputar pengertian  dari local genius dan relevansinya dalam modernisasi. Kita dapat memahami beragam fenomena budaya yang berbaur dengan kebudayaan lain, sehingga terbentuk budaya baru atau biasa disebut dengan local genius.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Local Genius
H.G. Quaritch Wales merupakan seorang sarjana yang pertama kali melontarkan, bahkan menciptakan istilah local genius. Meskipun selanjutnya dikembangkan oleh F.D.K. Bosch seorang arkeolog klasik yang banyak berjasa di tanah air.
Istilah logal genius pertama kali dikenalkan oleh Quaritch Wales, yang dijelaskan sebagai “the sum of the cultural characteristics which the vast majority of people have in common as a result of their experience in early life”, (keseluruhkan cirri-ciri kebudayaan yang dimiliki bersama oleh masyarakat atau bangsa sebagai hasil pengalaman mereka di masa lampau). Menurut ia local genius adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan. Akibatnya terjadilah suatu proses akulturasi, di mana kebudayaan setempat menerima pengaruh kebudayaan asing. Sehingga pengertian ini diperoleh dari pengamatannya atas hubungan yang terjadi pada waktu kebudayaan Indonesia menerima pengaruh dari kebudayaan India.
Hal ini terlihat dari Indonesia bagian barat yang menerima secara penuh, sehingga terlihat seperti meniru kebudayaan India. Akan tetapi sebaliknya, di Indonesian bagian timur kebudayaan India hanya sebagai perangsang bagi perkembangan setempat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebudayaan setempat (prasejarah) tetap mampu mempertahankan salah satu unsur kebudayaan, yaitu ragam hias geometris. Dan kemampuan inilah yang disebut dengan local genius.
Selain Quaritch Wales ada Bosch yang lebih lanjut mengembangkan pengertian local genius. Disini Bosh lebih menitikberatkan perhatiannya pada pelaku penerima kebudayaan tersebut. Menurut pendapatnya, proses penerimaan kebudayaan tersebut dilakukan oleh para pendeta Indonesia. Sebelumnya pendeta ini pergi untuk menuntut ilmu ke India. Kemudian kembali ke  Indonesia dan mengamalkan ilmu yang mereka peroleh. Pengamalan dari meraka yang sampai kepada kita sampai sekarang seperti candid an karya sastra.

2.2 Hakikat Local Genius
Seorang tokoh arkeologi Quaritsch Wales dalam bukunya The Making of Greater India: A Study in South-east Asia Cultural Change. Kenyataannya bahwa bentuk-bentuk kesenian di Jawa, Khmer, dan Indo Cina menunjukkan satu sumber yang sama yaitu India. Buadaya yang tersebar ke luar daerah sekitarnya dalam kadar dan tingkat yang berbeda-beda, tetapi melalui proses penirimaan yang positif (positif reception) terhadap pengaruh-pengaruh luar oleh daerah setempat dengan cara dan sikap yang berbeda.
Menanggapi masalah penyebaran kebudayaan ini ada teori yang menyatakan bahwa gelombang imigran yang mendirikan koloni-koloni di  daerah sebrang merupakan pusat-pusat penyebaran kebudayaan. Hal ini menjadi hal yang mungkin apabila dihubungkan dengan kedatangan mereka sebagai saudagar. Hubungan perdagangan lambat-laun berkembang menjadi pemukiman-pemukiman yang kokoh.
Dalam sejarah Indonesia, budaya kita bukan karena atau hanya pengaruh dari luar atau negara lain, tetapi bangsa Indonesia mempunyai ketrampilan dan intelektual lokal asli (Local genius) yang sebenarnya tidak kalah dibanding dengan kebudayaan bangsa lain.
Bahkan JLA. Brandes dan C. Coedes berhasil meneliti dan menemukan 10 kebudayaan asli Indonesia:
  1. JLA. Brandes:
  • Bercocok tanam padi di sawah
  • Prinsip dasar permainan wayang untuk mendatangkan roh
  • Mengenal seni gamelan dari perunggu
  • Pandai membatik/tulisan hias
  • Pola susunan masyarakat Macapat
  • Mengenal alat tukar dalam perdagangan
  • membuat barang-barang dari logam (perundagian) terutama perunggu
  • Kemampuan yang tinggi dalam bidang pelayaran
  • Pengetahuan tentang astronomi
  • Susunan masyarakat yang teratur
2. C. Coedes
  • Memelihara ternak
  • Ketrampilam perundagian (cetak logam/pembuatan alat2 dari logam)
  • Ketrampilan pelayaran samudera luas
  • Sistem kekerabatan Matrilineal
  • Kepercayaan animisme, dinamisme, dan pemujaan roh leluhur
  • Mengenal sistem irigasi untuk pertanian
  • Ketrampilan membuat alat-alat dari tanah liat (tembikar/gerabah)
  • Kepercayaan kepada penguasa gunung
  • Cara pemakaman pada kubur batu atau dolmen
  • Mitologi pertentangan antara dua unsur kosmos
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan sejarah di Indonesia sebagai "Local genius" yang berbeda dengan pengaruh dari kebudayaan India, Cina, Arab, maupun Eropa atau Dunia Barat. Itu kesimpulan atau analisa yang salah, sebab Indonesia telah mempunyai teknologi tersendiri yang tak kalah maju dengan bangsa lain. Contoh:
  1. Bangunan Candi Borobudur, Prambanan, dan sebagainya
  2. Astonomi dan pelayaran bangsa Bugis dan Makasar
  3. Rumah-rumah adat atau daerah yang tahan gempa
  4. Sistem Tulisan dan bahasa asli dari suku-suku bangsa di Indonesia
2.3 Pengertian Local Wisdom
Kearifan Lokal atau sering disebut Local Wisdom adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf, 2002). Sedangkan menurut Gobyah, 2009 kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
Dari kedua definisi tersebut maka local wisdom dapat diartikan sebagai nilai yang dianggap baik dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan sebagai akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam disiplin antropologi local wisdom dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (lihat Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19).
Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Ciri-cirinya adalah:
  1. Mampu bertahan terhadap budaya luar
  2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
  3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
  4. Mempunyai kemampuan mengendalikan
  5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau baik berpenghuni ataupun tidak berpunghuni, dilintasi garis khatulistiwa, berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Wilayah yang cukup luas dengan keberagaman kekayaan alam membuat Indonesia memilii beragam suku bangsa, beragam kepercayaan, beragam adat istiadat, dan beragam kebuadayan yang semuanya bergabung menjadi satu, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua).
Kebudayaan yang beraneka ragam itu mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia, menjadi pedoman bagi mereka. Tiap daerah mempunyai kebudayaannya masing-masing, mempunyai kebijakan dan kearifan yang berbeda-beda.
2.4 Relevansi Local Genius dalam Modernisasi
Pengertian modern selalu dihubungkan dengan Eropa, terutama Eropa Barat. Zaman modern adalah zaman yang coraknya ditentukan oleh pengaruh-pengaruh Eropa Barat. Bangsa Indonesia kira-kira tahun 1600 telah berhubungan dan berhadapan dengan bangsa-bangsa Barat, namun baru sekitar tahun 1900 baru menginjak zaman modern. Hal ini disebabkan karena bangsa Eropa sendiri baru dalam abad ke 19-an menjadi modern, sehingga sejak abad tersebut pengaruhnya baru terasa meresapi jiwa Indonesia.
Untuk menyaring local genius yang dibutuhkan dalam rangka mendukung proses modernisasi secara wajar, perlu diketahui masalah dan tantangan yang sedang dihadapi. Seperti peristiwa para saudagar India yang berdatangan ke Indonesia untuk mengadakan perdagangan. Pada zaman itu saudagar meperdagangkan barang-barang kerajinannya, tidak secara langsung mereka membawa perubahan dalam system kehidupan masyarakat setempat. Artinya struktur kehidupan asyarakat Indonesia tidak berubah, karena industry kerajinan itu. Hal ini berarti masyarakat Indonesia mampu mempertahankan local genius yang berlaku dan mengintegrasikan nilai-nilai baru ke dalam struktur kehidupan yang ada.
Berlainan halnya dengan perdagangan dengan pihak Barat. Pihak Barat dalam berdagang menggunakan system kapitalisme yang ditandai oleh beberapa criteria, yaitu produksi missal berdasarkan pasaran kerja yang bebas, system keuangan yang memungkinkan arus perdagangan pasar dan persaingan bebas. Perdagangan semacam itu antara Barat dengan Negara-negara di Asia lambat laun dan secara langsung akan mempengaruhi struktur kehidupan masyarakat, sehingga akulturasi tidak senantiasa menumbuhkan local genius yang berlaku dalam tradisi atau bahkan mungkin akan menggeser nila-nilai dasar itu sendiri. Proses akulturasi demikian akan jauh lebih sulit dan berat, seperti yang dialami oleh masyarakat-masyarakat Asia, termasuk Indonesia.
Jika dilihat dari system perdagangan yang diadakan antara Indonesia sebagai Negara berkembang dengan negara-negara maju dari Barat, maka masalahnya menjadi lebih rumit. Hal ini disebabkan salah satunya karena kualitas dari barang daganganya yang lebih tinggi. Selai itu menunjukkan dasar pengetahuan teknologi dengan kecanggihan tinggi sebagai latar belakangnya. Tentu saja bangsa Indonesia ingin menguasai teknologi yang berkembang di Negara Barat tersebut, sehingga dapat memproduksi sendiri kebutuhan masyarakat dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan demikian masyarakat menjadi tidak konsumtif terhadap barang impor dan tidak bergantung dengan Negara-negara Barat.
Masyarakat Indonesia dan masyarakat Jawa pada khususnya, dalam perkembangan sejarahnya yang dipengaruhi kebudayaan India mempunyai kecenderungan pada sikap esoteric dan mudah berorientasi pada alam transcendental. Jika orientasi ini tidak diimbangi oleh keterbukaan ke dunia luar, suatu eksoterisme dan keterarahan kepada dunia nyata dan kongkrit, akan dijumpai kesulitan dalam mengajak masyarakat untuk bersikap produktif, maju dan positif terhadap teknologi sehingga local genius perlu digali karena merupakan cirri-ciri kebudayaan masyarakat setermpat untuk dijadikan perangkat dasar dalam suatu proses modernisasi. Pengembangan local genius memiliki maksud baik secara batiniyah (subyektif) maupun secara lahiriyah (obyektif).
Kemajuan masyarakat melalui modernisasi, menuruut Toynbee dalam salah satu bukunya mengenai sejarah, ditentukan oleh dua criteria, yaitu secara lahiriyah penguasaan terhadap dunia lingkungannya melalui teknologi, dan secara batiniyah perkembangan kemampuan masyarakat untuk menentukan sendiri (self determination). Kedua unsure tersebut merupakan criteria yang berjalan secara dialektis.
Memiliki kekuatan dalam teknologi (pemanfaatan teknologi) tetapi dalam self determination hanya akan membuat masyarakat tergantung kepada masyarakat lain. Perkembangan ilmu, teknologi dan industrialisasi di Negara-negara Barat pada kenyataannya berjalan secara bersama dengan sikap positif dan kemandirian dari Negara-negara tersebut. Sehingga mereka menjadi Negara maju yang mandiri, kuat, dan mampu. Namun Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tidak mengalami perkembangan yang seimbang dan selaras antara ilmu, teknologi dan industrialisasi disatu pihak dengan pihak-pihak positif dan self determination dilain pihak.
Dalam keadaan sekarang, ilmu, teknologi dan industrialisasi didatakan dan dicangkokkan secara eksogen ke dalam kebudayaan bangsa dengan sikap, pola, dan cara hidup yang belum sepenuhnya mampu mendukung penguasaan ilmu, dan teknologi tersebut. Dalam modernisasi perlu dicari dan ditemukan mana local genius yang secara endogen berkembang dan tumbuh dalam masyarakat, yang dipupuk dan diungkapkan dalam orientasi, persepsi, sikap dan cara hidup yang sesuai dan mampu mendukung proses modernisasi.
Selain itu Toynbee juga mengutuarakan bahwa kebudayaan akan berkembang apabila ada keseimbangan antara challenge dan  response. Jika challengenya terlalu besar sedangkan kemampuan untuk merespon terlalu kecil, maka kebudayaan tersebut akan terdesak. Sebaliknya jika challenge terlalu kecil, kreativitas masyarakat tidak tumbuh. Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini challenges untuk modernisasi menjadi suattu tantangan budaya yang cukup besar sehingga masyarakat harus mempuyai kemampuan untuk menjawab tantangan tersebut.
Kemampuan untuk menjawab akan terbentuk apabila local genius dengan segala tahap kehidupannya yang meliputi orientasi, persepsi, sikap dan cara hidup ditumbuhkan dari dalam dan dimanifestasikan dalam bentuk lahiriyah. Challenges yang actual sekarang ini berbentuk ilmu dan teknologi, Karena disamping kemampuannya untuk meningkatkan kemajuan melalui industrialisasi dengan memasuki jalur kehidupan masyarakat, sehingga mampu menciptakan struktur tersendiri yang serba teknokratis. Tantangan tersebut mendorong perlunya menumbuhkan kemampuan response dengan orientasi yang berpusat pada manusia dan kemanusiaan.


BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Local genius merupakan kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing dan budaya itu mengalami akulturasi dengan budaya setempat. Hal ini terlihat dari Indonesia bagian barat yang menerima secara penuh, sehingga terlihat seperti meniru kebudayaan India. Akan tetapi sebaliknya, di indonesia bagian timur kebudayaan India hanya sebagai perangsang bagi perkembangan setempat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebudayaan setempat (prasaejarah) tetap mampu mempertahankan salah satu unsur kebudayaan, yaitu ragam hias geometris. Dan kemampuan inilah yang disebut dengan local genius.
Untuk menyaring local genius yang dibutuhkan dalam rangka mendukung proses moderniasai secara wajar, perlu diketahui masalah dan tantangan yang sedang dihadapi. Seperti peristiwa para saudagar India yang berdatangan ke Indonesia untuk mengadakan perdagangan. Pada zaman itu saudagar memperdagangkan barang-barang kerajianannya, tidak secara langsung mereka membawa perubahan dalam sistem sistem kehidupan masyarakat setempat. Artinya struktur kehidupan masyarakat Indonesia tidak berubah, karena industri kerajianan itu. Hal ini berarti masyarakat Indonesia mampu mempertahankan local genius yang berlaku dan mengintegrasikan nilai-nilai baru ke dalam struktur kehidupan yang ada.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam menyikapi masuknya budaya asing kita jangan langsung menerima budaya tersebut dengan bagaimanapun juga kita harus menyaring kebudayaan tersebut agar dapat diakulturasikan dengan budaya kita.
DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. 1985. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

1 komentar:

  1. makalah yang membantu, izin saya gunakan untuk referensi tugas ya. terima kasih

    BalasHapus