PENGERTIAN
LOCAL GENIUS DAN RELEVANSINYA DALAM MODERNISASI
MAKALAH
(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan)
Oleh
Faizha
Mardhaliza Kinanti 150210302002
Nisrina
Nur Athayya 150210302054
Hestik
Wulandari 150210302058
Bidayatul
Hidayah 150210302062
Azizah 150210302067
Khusnul
Khotimah 150210302078
Faris
Afifah 150210302080
Dimas
Surya Dwi Cahyo 150210302093
Kelas B
PROGRAM
STUDI PENDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2016
PRAKATA
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikanmakalah Sejarah
Kebudayaan yang berjudul “Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam
Modernisasi ” tepat pada waktu yang
ditentukan.
Kami selaku
penyusun makalah, menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Sumarno
M. Pd., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini
kami susun guna menyelesaikan tugas kelompok dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang positif bagi kami selaku penyusun maupun bagi para
pembaca, khususnya warga masayarakat FKIP/Pendidikan Sejarah dan semua warga
Universitas Jember.
Kami menyadari,
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi sistematika penyusunan
maupun isi. Oleh karena itu, kami memberi kesempatan kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sebagai perbaikan dan
peningkatan kualitas penyusunan makalah yang akan datang.
Jember, 02 April 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL .......................................................................... i
PRAKATA
.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI
....................................................................................... iii
BAB
1. PENDAHULUAN .................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................... 4
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................. 5
1.3 Tujuan
Penulisan............................................................. ... 5
1.4
Manfaat............................................................................... 5
BAB
2. PEMBAHASAN
.................................................................... 6
2.1 Pengertian Local Genius ................................................... 6
2.2 Hakikat Local Genius...................................................... .. 7
2.3 Pengertian Local Wisdom................................................. 8
2.4 Relevansi Local Genius dalam Modernisasi....................... 10
BAB 3. PENUTUP
............................................................................. 14
3.1
Kesimpulan.................................................................... ... 14
3.2
Saran................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA
........................................................................ 15
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Untuk menyaring local genius yang dibutuhkan dalam rangka mendukung proses
modernisasi secara wajar, perlu diketahui masalah dan tantangan yang sedang
dihadapi. Seperti peristiwa para saudagar India yang berdatangan ke Indonesia
untuk mengadakan perdagangan. Pada zaman itu saudagar memperdagangkan
barang-barang kerajinannya, tidak secara langsung mereka membawa perubahan
dalam sistem kehidupan masyarakat setempat. Artinya struktur kehidupan
masyarakat Indonesia tidak berubah, karena industri kerajinan itu. Hal itu
berarti masyarakat Indonesia mampu mempertahankan local genius yang berlaku dan
mengintegrasikan nilai-nilai baru ke dalam struktur kehidupan yang ada.
Berlainan halnya dengan perdagangan dengan pihak Barat. Pihak Barat dalam
berdagang menggunakan sistem kapitalisme yang ditandai oleh beberapa ceritera,
yaitu produksi. Misalnya berdasarkan pasaran kerja yang bebas, sistem keuangan
yang memungkinkan arus perdagangan pasar dan persaingan bebas. Perdagangan
semacam itu antara Barat dengan Negara-negara di Asia lambat laun dan secara
langsung akan mempengaruhi struktur kehidupan masyarakat, sehingga akulturasi
tidak senantiasa menumbuhkan local genius yang berlaku dalam tradisi atau
bahkan mungkin akan menggeser nilai-nilai dasar itu sendiri. Proses akulturasi
demikian akan jauh lebih sulit dan berat, seperti yang dialami oleh
masyarakat-masyarakat Asia, termasuk Indonesia.
Jika dilihat dari sistem perdaganagan yang diadakan antara Indonesia
sebagai negara berkembang dengan negara-negara maju dari Barat, maka masalahnya
menjadi lebih rumit. Hal ini disebabkan salah satunya karena kualitas dari
barang dagangannya yang lebih tinggi. Selain itu menunjukkan dasar pengetahuan
teknologi dengan kecanggihan tinggi sebagai latar belakangnya. Tentu saja banga
Indonesia ingin menguasai teknologi yang berkembang di Negara Barat tersebut,
sehingga dapat memproduksi sendiri kebutuhan masyarakat dengan kualitas yang
tinggi pula.
Dengan demikian masyarakat menjadi tidak konsumtif terhadap barang impor
dan bergantung dengan negara-negara Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, antara lain:
1)
Apa pengertian Local Genius?
2)
Bagaimana hakikat dari Local Genius?
3)
Bagaimana Pengertian Local Wisdom?
4)
Bagaimana Relevansi Local Genius dalam Modernisasi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dijabarkan, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan.
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian dari Local Genius.
2.
Untuk
mengetahui dan memahami hakikat dari Local Genius.
3.
Untuk
mengetahui dan memahami Local Genius sebagai Local Wisdom.
4.
Untuk
mengetahui dan memahami Local Genius dalam Relevansinya dengan Modernisasi.
1.4 Manfaaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan, diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca seputar pengertian dari local genius dan relevansinya dalam
modernisasi.
Kita dapat memahami beragam fenomena budaya yang berbaur dengan kebudayaan
lain, sehingga terbentuk budaya baru atau biasa disebut dengan local genius.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Local Genius
H.G. Quaritch Wales
merupakan seorang sarjana yang pertama kali melontarkan, bahkan menciptakan
istilah local genius. Meskipun selanjutnya dikembangkan oleh F.D.K. Bosch
seorang arkeolog klasik yang banyak berjasa di tanah air.
Istilah logal genius
pertama kali dikenalkan oleh Quaritch Wales, yang dijelaskan sebagai “the sum
of the cultural characteristics which the vast majority of people have in
common as a result of their experience in early life”, (keseluruhkan cirri-ciri
kebudayaan yang dimiliki bersama oleh masyarakat atau bangsa sebagai hasil
pengalaman mereka di masa lampau). Menurut ia local genius adalah kemampuan
kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua
kebudayaan itu berhubungan. Akibatnya terjadilah suatu proses akulturasi, di
mana kebudayaan setempat menerima pengaruh kebudayaan asing. Sehingga
pengertian ini diperoleh dari pengamatannya atas hubungan yang terjadi pada
waktu kebudayaan Indonesia menerima pengaruh dari kebudayaan India.
Hal ini terlihat dari
Indonesia bagian barat yang menerima secara penuh, sehingga terlihat seperti
meniru kebudayaan India. Akan tetapi sebaliknya, di Indonesian bagian timur
kebudayaan India hanya sebagai perangsang bagi perkembangan setempat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan setempat (prasejarah) tetap mampu
mempertahankan salah satu unsur kebudayaan, yaitu ragam hias geometris. Dan
kemampuan inilah yang disebut dengan local genius.
Selain Quaritch Wales
ada Bosch yang lebih lanjut mengembangkan pengertian local genius. Disini Bosh
lebih menitikberatkan perhatiannya pada pelaku penerima kebudayaan tersebut.
Menurut pendapatnya, proses penerimaan kebudayaan tersebut dilakukan oleh para
pendeta Indonesia. Sebelumnya pendeta ini pergi untuk menuntut ilmu ke India.
Kemudian kembali ke Indonesia dan mengamalkan
ilmu yang mereka peroleh. Pengamalan dari meraka yang sampai kepada kita sampai
sekarang seperti candid an karya sastra.
2.2
Hakikat Local Genius
Seorang tokoh arkeologi
Quaritsch Wales dalam bukunya The Making of Greater India: A Study in
South-east Asia Cultural Change. Kenyataannya bahwa bentuk-bentuk kesenian di
Jawa, Khmer, dan Indo Cina menunjukkan satu sumber yang sama yaitu India.
Buadaya yang tersebar ke luar daerah sekitarnya dalam kadar dan tingkat yang
berbeda-beda, tetapi melalui proses penirimaan yang positif (positif reception)
terhadap pengaruh-pengaruh luar oleh daerah setempat dengan cara dan sikap yang
berbeda.
Menanggapi masalah
penyebaran kebudayaan ini ada teori yang menyatakan bahwa gelombang imigran
yang mendirikan koloni-koloni di daerah
sebrang merupakan pusat-pusat penyebaran kebudayaan. Hal ini menjadi hal yang
mungkin apabila dihubungkan dengan kedatangan mereka sebagai saudagar. Hubungan
perdagangan lambat-laun berkembang menjadi pemukiman-pemukiman yang kokoh.
Dalam
sejarah Indonesia, budaya kita bukan karena atau hanya pengaruh dari luar atau
negara lain, tetapi bangsa Indonesia mempunyai ketrampilan dan intelektual
lokal asli (Local genius) yang sebenarnya tidak kalah dibanding dengan
kebudayaan bangsa lain.
Bahkan JLA. Brandes dan C. Coedes berhasil meneliti dan
menemukan 10 kebudayaan asli Indonesia:
- JLA. Brandes:
- Bercocok
tanam padi di sawah
- Prinsip dasar permainan wayang
untuk mendatangkan roh
- Mengenal
seni gamelan dari perunggu
- Pandai
membatik/tulisan hias
- Pola
susunan masyarakat Macapat
- Mengenal
alat tukar dalam perdagangan
- membuat
barang-barang dari logam (perundagian) terutama perunggu
- Kemampuan
yang tinggi dalam bidang pelayaran
- Pengetahuan
tentang astronomi
- Susunan
masyarakat yang teratur
2. C. Coedes
- Memelihara ternak
- Ketrampilam perundagian (cetak logam/pembuatan alat2
dari logam)
- Ketrampilan pelayaran samudera luas
- Sistem kekerabatan Matrilineal
- Kepercayaan animisme,
dinamisme, dan pemujaan roh leluhur
- Mengenal
sistem irigasi untuk pertanian
- Ketrampilan
membuat alat-alat dari tanah liat (tembikar/gerabah)
- Kepercayaan
kepada penguasa gunung
- Cara
pemakaman pada kubur batu atau dolmen
- Mitologi pertentangan antara
dua unsur kosmos
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan
sejarah di Indonesia sebagai "Local genius" yang berbeda dengan
pengaruh dari kebudayaan India, Cina, Arab, maupun Eropa atau Dunia Barat. Itu
kesimpulan atau analisa yang salah, sebab Indonesia telah mempunyai teknologi
tersendiri yang tak kalah maju dengan bangsa lain. Contoh:
- Bangunan Candi Borobudur,
Prambanan, dan sebagainya
- Astonomi
dan pelayaran bangsa Bugis dan Makasar
- Rumah-rumah
adat atau daerah yang tahan gempa
- Sistem Tulisan dan bahasa asli
dari suku-suku bangsa di Indonesia
2.3
Pengertian Local Wisdom
Kearifan Lokal atau sering disebut Local Wisdom adalah semua
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis (Keraf, 2002). Sedangkan menurut Gobyah, 2009 kearifan lokal
didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah.
Dari kedua definisi tersebut maka local wisdom dapat
diartikan sebagai nilai yang dianggap baik dan benar yang berlangsung secara
turun-temurun dan dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan sebagai akibat
dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam disiplin antropologi local wisdom dikenal istilah
local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan
oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian
local genius ini (lihat Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio
mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity,
identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu
menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri
(Ayatrohaedi, 1986:18-19).
Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41)
mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena
telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Dalam
pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan
Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan
kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Ciri-cirinya adalah:
- Mampu bertahan terhadap budaya
luar
- Memiliki kemampuan
mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
- Mempunyai kemampuan
mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
- Mempunyai kemampuan
mengendalikan
- Mampu memberi arah pada
perkembangan budaya.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.508 pulau baik berpenghuni ataupun tidak berpunghuni, dilintasi
garis khatulistiwa, berada di antara benua Asia dan Australia serta antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Wilayah yang cukup luas dengan keberagaman
kekayaan alam membuat Indonesia memilii beragam suku bangsa, beragam
kepercayaan, beragam adat istiadat, dan beragam kebuadayan yang semuanya
bergabung menjadi satu, dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda
tetapi tetap satu jua).
Kebudayaan yang beraneka ragam itu mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia, menjadi pedoman bagi mereka. Tiap daerah mempunyai
kebudayaannya masing-masing, mempunyai kebijakan dan kearifan yang
berbeda-beda.
2.4
Relevansi Local Genius dalam Modernisasi
Pengertian modern
selalu dihubungkan dengan Eropa, terutama Eropa Barat. Zaman modern adalah
zaman yang coraknya ditentukan oleh pengaruh-pengaruh Eropa Barat. Bangsa
Indonesia kira-kira tahun 1600 telah berhubungan dan berhadapan dengan bangsa-bangsa
Barat, namun baru sekitar tahun 1900 baru menginjak zaman modern. Hal ini
disebabkan karena bangsa Eropa sendiri baru dalam abad ke 19-an menjadi modern,
sehingga sejak abad tersebut pengaruhnya baru terasa meresapi jiwa Indonesia.
Untuk menyaring local
genius yang dibutuhkan dalam rangka mendukung proses modernisasi secara wajar,
perlu diketahui masalah dan tantangan yang sedang dihadapi. Seperti peristiwa
para saudagar India yang berdatangan ke Indonesia untuk mengadakan perdagangan.
Pada zaman itu saudagar meperdagangkan barang-barang kerajinannya, tidak secara
langsung mereka membawa perubahan dalam system kehidupan masyarakat setempat.
Artinya struktur kehidupan asyarakat Indonesia tidak berubah, karena industry
kerajinan itu. Hal ini berarti masyarakat Indonesia mampu mempertahankan local
genius yang berlaku dan mengintegrasikan nilai-nilai baru ke dalam struktur
kehidupan yang ada.
Berlainan halnya dengan
perdagangan dengan pihak Barat. Pihak Barat dalam berdagang menggunakan system
kapitalisme yang ditandai oleh beberapa criteria, yaitu produksi missal
berdasarkan pasaran kerja yang bebas, system keuangan yang memungkinkan arus
perdagangan pasar dan persaingan bebas. Perdagangan semacam itu antara Barat
dengan Negara-negara di Asia lambat laun dan secara langsung akan mempengaruhi
struktur kehidupan masyarakat, sehingga akulturasi tidak senantiasa menumbuhkan
local genius yang berlaku dalam tradisi atau bahkan mungkin akan menggeser
nila-nilai dasar itu sendiri. Proses akulturasi demikian akan jauh lebih sulit
dan berat, seperti yang dialami oleh masyarakat-masyarakat Asia, termasuk
Indonesia.
Jika dilihat dari
system perdagangan yang diadakan antara Indonesia sebagai Negara berkembang
dengan negara-negara maju dari Barat, maka masalahnya menjadi lebih rumit. Hal
ini disebabkan salah satunya karena kualitas dari barang daganganya yang lebih
tinggi. Selai itu menunjukkan dasar pengetahuan teknologi dengan kecanggihan
tinggi sebagai latar belakangnya. Tentu saja bangsa Indonesia ingin menguasai
teknologi yang berkembang di Negara Barat tersebut, sehingga dapat memproduksi
sendiri kebutuhan masyarakat dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan demikian
masyarakat menjadi tidak konsumtif terhadap barang impor dan tidak bergantung
dengan Negara-negara Barat.
Masyarakat Indonesia
dan masyarakat Jawa pada khususnya, dalam perkembangan sejarahnya yang
dipengaruhi kebudayaan India mempunyai kecenderungan pada sikap esoteric dan
mudah berorientasi pada alam transcendental. Jika orientasi ini tidak diimbangi
oleh keterbukaan ke dunia luar, suatu eksoterisme dan keterarahan kepada dunia
nyata dan kongkrit, akan dijumpai kesulitan dalam mengajak masyarakat untuk
bersikap produktif, maju dan positif terhadap teknologi sehingga local genius
perlu digali karena merupakan cirri-ciri kebudayaan masyarakat setermpat untuk
dijadikan perangkat dasar dalam suatu proses modernisasi. Pengembangan local
genius memiliki maksud baik secara batiniyah (subyektif) maupun secara
lahiriyah (obyektif).
Kemajuan masyarakat
melalui modernisasi, menuruut Toynbee dalam salah satu bukunya mengenai
sejarah, ditentukan oleh dua criteria, yaitu secara lahiriyah penguasaan
terhadap dunia lingkungannya melalui teknologi, dan secara batiniyah
perkembangan kemampuan masyarakat untuk menentukan sendiri (self
determination). Kedua unsure tersebut merupakan criteria yang berjalan secara
dialektis.
Memiliki kekuatan dalam
teknologi (pemanfaatan teknologi) tetapi dalam self determination hanya akan
membuat masyarakat tergantung kepada masyarakat lain. Perkembangan ilmu,
teknologi dan industrialisasi di Negara-negara Barat pada kenyataannya berjalan
secara bersama dengan sikap positif dan kemandirian dari Negara-negara
tersebut. Sehingga mereka menjadi Negara maju yang mandiri, kuat, dan mampu.
Namun Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tidak mengalami perkembangan
yang seimbang dan selaras antara ilmu, teknologi dan industrialisasi disatu
pihak dengan pihak-pihak positif dan self determination dilain pihak.
Dalam keadaan sekarang,
ilmu, teknologi dan industrialisasi didatakan dan dicangkokkan secara eksogen
ke dalam kebudayaan bangsa dengan sikap, pola, dan cara hidup yang belum
sepenuhnya mampu mendukung penguasaan ilmu, dan teknologi tersebut. Dalam
modernisasi perlu dicari dan ditemukan mana local genius yang secara endogen
berkembang dan tumbuh dalam masyarakat, yang dipupuk dan diungkapkan dalam
orientasi, persepsi, sikap dan cara hidup yang sesuai dan mampu mendukung
proses modernisasi.
Selain itu Toynbee juga
mengutuarakan bahwa kebudayaan akan berkembang apabila ada keseimbangan antara
challenge dan response. Jika
challengenya terlalu besar sedangkan kemampuan untuk merespon terlalu kecil,
maka kebudayaan tersebut akan terdesak. Sebaliknya jika challenge terlalu
kecil, kreativitas masyarakat tidak tumbuh. Dalam kehidupan masyarakat dewasa
ini challenges untuk modernisasi menjadi suattu tantangan budaya yang cukup
besar sehingga masyarakat harus mempuyai kemampuan untuk menjawab tantangan
tersebut.
Kemampuan untuk
menjawab akan terbentuk apabila local genius dengan segala tahap kehidupannya
yang meliputi orientasi, persepsi, sikap dan cara hidup ditumbuhkan dari dalam
dan dimanifestasikan dalam bentuk lahiriyah. Challenges yang actual sekarang
ini berbentuk ilmu dan teknologi, Karena disamping kemampuannya untuk
meningkatkan kemajuan melalui industrialisasi dengan memasuki jalur kehidupan
masyarakat, sehingga mampu menciptakan struktur tersendiri yang serba
teknokratis. Tantangan tersebut mendorong perlunya menumbuhkan kemampuan
response dengan orientasi yang berpusat pada manusia dan kemanusiaan.
BAB
3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Local genius merupakan
kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing dan
budaya itu mengalami akulturasi dengan budaya setempat. Hal ini terlihat dari
Indonesia bagian barat yang menerima secara penuh, sehingga terlihat seperti
meniru kebudayaan India. Akan tetapi sebaliknya, di indonesia bagian timur
kebudayaan India hanya sebagai perangsang bagi perkembangan setempat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan setempat (prasaejarah) tetap mampu
mempertahankan salah satu unsur kebudayaan, yaitu ragam hias geometris. Dan
kemampuan inilah yang disebut dengan local genius.
Untuk menyaring local
genius yang dibutuhkan dalam rangka mendukung proses moderniasai secara wajar,
perlu diketahui masalah dan tantangan yang sedang dihadapi. Seperti peristiwa
para saudagar India yang berdatangan ke Indonesia untuk mengadakan perdagangan.
Pada zaman itu saudagar memperdagangkan barang-barang kerajianannya, tidak
secara langsung mereka membawa perubahan dalam sistem sistem kehidupan
masyarakat setempat. Artinya struktur kehidupan masyarakat Indonesia tidak
berubah, karena industri kerajianan itu. Hal ini berarti masyarakat Indonesia
mampu mempertahankan local genius yang berlaku dan mengintegrasikan nilai-nilai
baru ke dalam struktur kehidupan yang ada.
3.2
Saran
Sebaiknya dalam
menyikapi masuknya budaya asing kita jangan langsung menerima budaya tersebut
dengan bagaimanapun juga kita harus menyaring kebudayaan tersebut agar dapat
diakulturasikan dengan budaya kita.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ayatrohaedi. 1985. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya.
makalah yang membantu, izin saya gunakan untuk referensi tugas ya. terima kasih
BalasHapus